http://aceh.tribunnews.com/2012/10/28/jejak-suku-bugis-di-tanah-kluet
Minggu, 28 Oktober 2012 08:36 WIB
Oleh: Marzuki SB.
SUKU Bugis merupakan sebuah komunitas yang pernah hidup dan
berkembang di Aceh. Suku Bugis berasal dari Sulawesi Selatan. Pada abat ke
16-17 orang-orang Bugis masuk ke Aceh sebagai pedagang rempah-rempah. Dalam
beberapa tulisan diceritakan bahwa suku bugis, selain berperan sebagai pedagang
rempah-rempah, juga mempunyai pengaruh besar di masa kesulthanan kerajaan Aceh
masa Iskandar Muda.
Irini Dewi Wanti, dalam tulisannya menyebutkan Silsilah
Sultan Aceh keturunan Bugis diawali dengan kisah seorang yang bernama Daeng
Mansyur dari Wajo (kini salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan). Ia
seorang anak raja yang terdampar di perairan Pidie. Apakah keberadaan orang
Bugis di tanah Kluet, kabupaten Aceh Selatan punya kaitannya dengan pelayaran
orang-orang Bugis yang ada di wilayah Pidie? atau karena orang-orang Bugis
ketika itu merupakan pedagang rempah-rempah yang tersebar di berbagai daerah di
Nusantara. Ada pula cerita yang berkembang bahwa suatu ketika sekitar abad
16-17 timbul gejolak perang di Sulawesi Selatan sehingga orang-orang Bugis
keluar untuk mencari perlindungan dan bantuan ke daerah lain di nusantara.
Sejauh ini, dalam sejarah yang berkembang di masyarakat
pesisir laut selatan disebutkan bahwa orang-orang Bugis masuk ke daratan Kluet,
Aceh Selatan. Namun, hal ini tidak banyak diketahui oleh orang-orang Aceh
ketika itu. Diperkirakan pada abat ke 17-18, orang-orang Bugis masuk ke wilayah
Kluet melewati muara sungai Asahan atau Gampông Pasie Kuala Asahan (sekarang
sungai tersebut menjadi perbatasan antara Kemukiman Asahan dengan Kemukiman
Kuala Bak U, Kecamatan Kluet Utara, Aceh Selatan).
Orang-orang Bugis yang datang ke daerah pesisir selatan
merupakan pedagang-pedagang asli Bugis Sulawesi Selatan yang diperkirakan
terdampar di perairan laut Hindia. Awalnya mereka adalah pedagang rempah-rempah
yang ingin menuju ke Kutaradja (Banda Aceh) dalam misi perdagangan. Mereka
sampai dan mendarat di pesisir selatan, tepatnya daerah Kluet. Mendaratnya
kelompok suku Bugis tersebut disebabkan perahu mereka rusak di tengah lautan
Samudra Hindia sehingga mereka tidak dapat melanjutkan pelayaran. Setelah lama
terombang ambing di tengah lautan, kapal awak Bugis itu terdampar di pesisir
laut selatan Aceh.
Mereka
terdampar di Kemukiman Asahan, Kluet Utara, sampai beberapa lama. Setelah
merasa perjalanan juga tidak mungkin lagi dilanjutkan akhirnya mereka memilih
mencari perlindungan dengan menyisir pedalaman untuk mencari bantuan masyarakat
pribumi. Pada abad ke 17-18 tersebut, manusia masih sangat sedikit di Kluet dan
tinggalnya pun berjauhan. Hal ini membuat orang-orang Bugis memilih menetap dan
membangun komunitas di tanah Kluet.
Jejak orang Bugis ini terdapat pada suatu tempat yang
sekarang disebut dengan Gampong Suak Bugeh (Kampung Bugis). Mereka menetap dan
beranak pinak di sana. Selama berada di daerah itu, mereka bertani. Mereka
menanam apa saja demi bertahan hidup, mulai dari kelapa, nangka, padi, lada,
dan sebagainya. Menurut Usman Adam, peutuwa Gampông Suak Bugeh yang
menceritakan hal ini, lada merupakan tanaman yang paling dominan ditanam orang
Bugis ketika itu.
H. Yahya (almarhum) tetua masyarakat Suak Bugeh pernah
menceritakan bahwa salah satu makam yang diketahui namanya Muhammad Ali
merupakan kepala suku dari orang Bugis di Kluet. Selama berada di wilayah
Kluet, kata dia, orang Bugis tidak membuat pemukiman permanen (keurajeun),
mereka hanya singgah sambil menunggu waktu tepat untuk pulang dan melanjutkan
perjalanannya. Keberadaan orang-orang bugis tersebut mempunyai rentang waktu
cukup panjang, diperkirakan lebih setengah abad.
Dari
cerita-cerita penduduk kampung dikatakan bahwa pada akhir abad ke 18
orang-orang Bugis diserang penyakit kusta (dalam bahasa Aceh disebut penyakit
ni). Banyak dari mereka meninggal dunia. Tidak lama berselang, meletus perang
Aceh dan mereka pun meninggalkan wilayah Kluet bahkan dipastikan tidak ada yang
tersisa. Baru kemudian daerah peninggalan orang Bugis diduduki oleh orang-orang
Aceh yang berasal dari Kuala Bak U dan daerah sekitarnya. Ada juga orang Aceh
yang datang dari dari Trumon. Mereka yang datang dari Trumon sebagian besarnya
adalah keturunan dari Kutaradja (Banda Aceh), Indrapuri, Seulimun, dan Samahani
(Aceh Besar) dan Pase (Aceh Utara).
Masuknya penduduk baru ini setelah orang Bugis meninggalkan
daerah tersebut. Ada satu pantangan bagi penduduk baru ini, yakni tidak boleh
masuk sembarangan ke Suak Bugeh, dengan alasan ditakutkan akan terkena penyakit
kusta. Daerah yang dilarang itu sekarang dinamakan Gampong Pantang, yang
merupakan bagian dari Gampong Pasie Kuala Bak U.
Nama kampung Suak Bugeh sendiri diambil dari nama Bugis. Di
sana pernah menetap orang-orang Bugis. Sedangkan kata Suak yang dalam bahasa
Indonesia artinya ‘rawa’ adalah karena sebagian daratan ketika itu masih
berbentuk rawa-rawa. Bukti-bukti keberadaan orang bugis daerah Kluet ditandai
dengan adanya makam-makam orang Bugis yang tersebar di Suak Bugeh khususnya dan
beberapa tersebar di dekat muara sungai Gampông Pasie Kuala Bak U, Kecamatan
Kluet Utara (tuturan lisan Nek Hasan, 82 thn). Jejak orang Bugis di Kluet ini
penting diketahui masyarakat luas sebagai catatan sejarah yang masih tercecer.
* Penulis adalah Sarjana Hukum Islam di IAIN Ar-Raniry,
lahir di Suak Bugeh, Kluet, Aceh Selatan.
pemenang Lomba Menulis di Visit Aceh 2013 Juara 1.
pemenang Lomba Menulis di Visit Aceh 2013 Juara 1.
+ komentar + 2 komentar
Sangat bermanfaat. Terima kasih
Menarik, terutama sisi dialog multikulturalismenya.....
Posting Komentar