Oleh : Marzuki SB
Bukan
issue baru jika membahas tentang Buloh Seuma. Inilah daerah yang masih
sangat dirisolir dalam semua aspek pembangunan dan pelayanan public
terutama masalah pendidikan, kesehatan dan akses transportasi yang tak
kunjung selesai. Buloh Seuma merupakan sebuah daerah pemukiman yang
terdiri dari 3 desa yaitu Raket, Kuta Padang dan Gampong Teungoh.
Sebelum Indonesia merdeka daerah ini adalah daerah yang sangat pesat
kemajuannya dalam bidang pertanian dan merupakan pengekspor Madu dan
Lada sampai ke luar negeri. Namun pasca kemerdekaan daerah ini semakin
tertinggal dan menjadi daerah yang terisolasi. Menurut keterangan Mukin
Buloh Seuma daerah itu dulunya terdiri dari 13 desa karena adanya
peristiwa Buaya makan manusia akhirnya penduduknya berpindah kedareah
lain dan yang bertahan hanya tiga desa.
Dearah yang dikenal penghasil Madu dan Lada ini mempunyai penduduk lebih dari 1.000 jiwa yang tersebar dalam tiga desa. Kendala
yang sangat dirasakan oleh masyarakat adalah tidak adanya jalan yang
dapat dilalui kecuali lewat bibir pantai dan lewat laut
dengan menempuh jarak sampai 38 Km dari Ibukota Kecamatan Trumon
dengan jarak tempuh 3-4 jam. Perjalanan ini hanya dapat dilakukan
apabila cuaca nya bagus dan apabila cuacanya tidak bagus maka sama
sekali tidak dapat dilalui.
Ini
bukanlah cerita baru melainkan sebuah sejarah usang dan tidak ada
penyelesaian. Kemajuan dan kepintaran masyarakat Indonesia belum bisa
memahami untuk jadi dirinya sebagai manusia yang punya rasa social
dengan manusia lain. Kaitannya dengan pembangunan jalan buloh seuma ini
ada manusia-manusia bertopeng satwa yang mengklaim dan menentang
habis-habisan pembangunan jalan untuk manusia lainnya.
Selain
masalah jalan, persoalan pendidikan dan kesehatan juga masih sangat
memprihatinkan dimana minimnya tenaga pengajar (guru), kurangnya
failitas pendidikan yang dapat diakses oleh siswa-siswa. Tidak adanya
tenaga medis, perawat, bidan apalagi dokter. Disana juga tidak kita
dapatkan listrik sebagaimana layaknya daerah-daerah lain di Indonesia,
mereka hanya mengunakan alat penerangan dari tenaga surya dan pelita
serta tidak adanya jaringan Telp
Lima
SILA, Satu untuk Buloh Seuma. Inilah ungkapan terakhir yang
dilontarkan dengan penuh rasa kekecewaan oleh salah satu masyarakat
Buloh Seuma. Menurutnya, sejak Indonesia Merdeka kami belum bisa
merasakan bagaimana nikmatnya kemerdekaan itu?. Dari ke Lima Sila hanya
satu untuk kami masyarakat Buloh Seuma yaitu Sila Pertama “Ketuhanan
Yang Maha Esa”, sedangkan sila-sila yang lain belum pernah kami
rasakan. Tandasnya.
(tulisan ini pernah dimuat di Majalah Online "Pesan Nanggroe"
Posting Komentar